TRABASNEWS – Penggiat media sosial Ade Armando kembali menjadi sorotan publik setelah pernyataannya tentang relevansi menghafal Alquran di era digital.
Dalam sebuah wawancara di Youtube Cokro TV, Ade menyatakan bahwa di tengah kemajuan teknologi saat ini, menghafal Alquran tidak lagi menjadi kebutuhan utama.
Dalam pernyataannya, ia menyoroti bagaimana perkembangan teknologi telah mengubah cara manusia mengakses Alquran, sehingga praktik menghafal kitab suci tersebut dianggapnya tidak lagi menjadi kebutuhan utama.
Ade Armando menjelaskan bahwa pada zaman dahulu, penghafalan Alquran memiliki peran penting untuk menjaga kelestarian teks suci ini. Namun, kata dia, saat ini menghafal Alquran sudah tidak lagi relevan.
“Dulu penghafal diperlukan, supaya itu (Alquran) bisa terlestarikan, karena semua orang memang hanya mengandalkan hafalan. Kemudian ada sebuah inovasi, bukan di zaman Nabi, seorang khalifah bilang ini (Alquran) dibukukan aja agar semua memiliki standar,” ungkap Ade Armando dikutip Senin, 3 Februari 2025.
Sontak, saja pernyataan Ade Armando ini memicu banyak kecaman dari netizen. Namun, bukan kali ini saja Ade Armando tuai kontroversi dari pernyataannya. Tercatat, Ade Armando sudah sering dikecam karena kontroversinya sendiri.
Lantas, apa-apa saja kontroversi Ade Armando tersebut? Berikut ulasannya.
- Penistaan agama
Kontroversi pertama yang membuat Ade Armando menjadi sorotan adalah tuduhan penistaan agama. Pada tahun 2017, ia dilaporkan oleh Johan Khan ke Polda Metro Jaya terkait unggahan cuitannya di media sosial yang dianggap menistakan agama.
Dalam unggahannya, Ade menyebut bahwa “Allah kan bukan orang Arab” dan menyarankan bahwa ayat-ayat Alquran sebaiknya dibaca dengan berbagai gaya, termasuk gaya Minang dan Hiphop. Cuitan ini mendapat kecaman keras dari berbagai kalangan, dan Ade pun ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi.
- Unggahan foto ulama menggunakan atribut Natal
Pada tahun 2017, Ade kembali menjadi sorotan setelah mengunggah foto yang memperlihatkan beberapa ulama, termasuk Rizieq Shihab, mengenakan atribut Natal.
Unggahan tersebut membuatnya dilaporkan ke Bareskrim Polri oleh Lembaga Bantuan Hukum Bang Japar. Ade sendiri menjelaskan bahwa maksud unggahannya adalah untuk mengklarifikasi informasi yang dianggap hoaks. Namun, hal ini tetap memicu kontroversi terkait isu SARA.
- Menistakan hadis
Kontroversi lainnya muncul pada tahun 2018, ketika Ade dilaporkan ke Badan Reserse Kriminal Polri oleh beberapa tokoh agama setelah pernyataannya yang dianggap menistakan hadis Nabi Muhammad.
Dalam sebuah unggahan di Facebook, Ade menyebutkan bahwa hampir dipastikan isi hadis tidak persis sama dengan apa yang diucapkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad. Ucapannya ini dianggap merendahkan hadis sebagai sumber ajaran Islam yang penting.
- Sebut azan tidak suci
Pada tahun 2019, Ade Armando kembali membuat pernyataan kontroversial yang memicu kemarahan banyak pihak. Dalam unggahannya, ia menyebut bahwa azan, panggilan untuk salat, tidak suci.
Ade menyebutkan bahwa azan adalah suara biasa dan seringkali tidak merdu. Ia juga menambahkan bahwa azan hanya merupakan panggilan salat yang biasa saja, bukan sesuatu yang sakral. Pernyataan ini menuai kecaman dari banyak pihak, bahkan Ade dilaporkan ke kepolisian atas dugaan penistaan agama.
- Laporkan Prabowo atas dugaan penyebaran berita hoaks
Pada tahun 2019, Ade Armando juga terlibat dalam kontroversi politik ketika ia bersama Masyarakat Peduli Indonesia (MPI) melaporkan calon presiden Prabowo Subianto ke Bareskrim Polri.
Ade menuduh Prabowo menyebarkan berita bohong terkait klaim kemenangannya dalam Pemilu 2019. Selain itu, Ade juga melaporkan Rizieq Shihab atas dugaan penghasutan terkait hasil pemilu.
- Sebut organisasi Tarbiyah berkembang di UI
Ade juga pernah membuat pernyataan kontroversial terkait organisasi Tarbiyah di Universitas Indonesia (UI). Ia menyebutkan bahwa organisasi ini berkembang pesat di UI dengan dukungan dana dari kampus.
Pernyataan ini memicu reaksi keras, terutama dari pihak kampus, yang membantah adanya dukungan dana atau hubungan resmi antara UI dengan organisasi tersebut. Ade dianggap telah membuat tuduhan yang tidak berdasar terhadap kampus.
- Sebut Anies Baswedan Gubernur jahat
Kontroversi terakhir yang mencuat adalah unggahan Ade di media sosial yang menyebut mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, sebagai “Gubernur Jahat”.
Dalam unggahan tersebut, Ade membandingkan Anies dengan seorang tokoh fiksi, Joker, yang digambarkan sebagai tokoh antagonis.
Akibatnya, unggahan ini dilaporkan ke polisi karena dianggap melanggar aturan terkait pencemaran nama baik dan penyebaran informasi yang dapat menimbulkan kebencian.
Sumber: Tempo