TRABASNEWS – Indonesia pernah mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, yakni sekitar 8% pada masa pemerintahan Orde Baru, tepatnya pada periode 1994-1995. Pada masa itu, Indonesia juga berhasil mengurangi tingkat kemiskinan secara signifikan. Mantan Menteri Keuangan RI yang juga Penasihat Khusus Presiden RI untuk Urusan Ekonomi dan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro, berbagi resep agar Indonesia dapat kembali meraih angka pertumbuhan ekonomi tinggi seperti itu.
Dalam acara Indonesia Economic Summit 2025 yang digelar oleh Indonesia Business Council (IBC) di Jakarta pada Selasa (18/2/2025), Bambang mengungkapkan bahwa resep utama pada masa itu adalah sektor manufaktur. Pada periode 1994-1995, sektor manufaktur Indonesia tumbuh pesat, terutama pada subsektor padat karya seperti tekstil, garmen, elektronik, dan alas kaki. Hal ini mendorong penciptaan lapangan kerja yang luas, yang pada gilirannya berhasil mengurangi angka kemiskinan.
Namun, Bambang menekankan bahwa untuk mencapai kembali masa kejayaan ekonomi seperti itu, sektor manufaktur Indonesia perlu diubah. Menurutnya, sektor manufaktur saat ini sudah kalah saing dan perlu bertransformasi. Ia menyarankan agar Indonesia fokus pada kebijakan hilirisasi, yakni memanfaatkan potensi sumber daya alam untuk menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi. Kebijakan ini, lanjut Bambang, harus didukung oleh investasi domestik dan asing (FDI), serta pembangunan rantai pasokan dalam negeri.
Sebelumnya, sektor manufaktur Indonesia mengalami tantangan berat. Berdasarkan data Purchasing Manager’s Index (PMI) S&P Global, sektor manufaktur Indonesia tercatat mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut antara Juli hingga November 2024, dengan angka PMI berada di bawah 50. Namun, sejak Desember 2024, sektor manufaktur mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan dan kembali ekspansif.
Meski ada tanda-tanda pemulihan, sektor manufaktur Indonesia masih menghadapi tantangan, salah satunya potensi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di industri tekstil yang masih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemulihan sektor manufaktur masih menghadapi jalan yang panjang sebelum benar-benar pulih.
Dengan berbagai tantangan yang ada, Bambang Brodjonegoro berharap sektor manufaktur Indonesia bisa bertransformasi dan kembali menjadi motor penggerak utama perekonomian Indonesia.
Sumber: CNBC