TRABASNEWS – Sebuah video yang memperlihatkan oknum yang diduga anggota organisasi masyarakat (Ormas) Pemuda Pancasila (PP) menyegel sebuah pabrik di Indonesia mendadak viral di media sosial. Video tersebut menunjukkan penyegelan dilakukan karena pabrik tidak memenuhi permintaan untuk membayar uang keamanan atau tunjangan hari raya (THR).
Dalam video yang beredar, terlihat ada keterangan yang menjelaskan bahwa tindakan tersebut terjadi karena pihak pabrik menolak membayar sejumlah uang kepada oknum ormas. Ungkapan dalam video tersebut menyebutkan, “Jika terus ada oknum ormas yang seperti ini, jangan harap investor berani membuka pabrik di negara ini. Banyak pengusaha yang lebih memilih membuka pabrik di luar negeri, seperti Vietnam, yang meskipun memiliki sistem komunis, namun keamanan usaha mereka lebih terjamin.”
Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak Pemuda Pancasila terkait insiden tersebut. Meskipun demikian, organisasi ini memang sudah lama dikenal dengan citra keras dan kerap kali terlibat dalam masalah terkait keamanan usaha.
Menanggapi insiden ini, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, mengonfirmasi bahwa dirinya sudah menerima laporan dari Himpunan Kawasan Industri (HKI) terkait dampak negatif yang disebabkan oleh aksi ormas semacam ini. Beberapa pengusaha dan investor dilaporkan telah membatalkan investasi bernilai ratusan triliun rupiah akibat kejadian serupa.
Sanny Iskandar, Ketua Umum HKI, juga menambahkan bahwa tindakan premanisme yang dilakukan oleh ormas seperti ini sangat merugikan dunia usaha. Ia menyebutkan bahwa kerugian yang ditimbulkan bukan hanya dari investasi yang hilang, tetapi juga dari investasi yang tidak jadi masuk ke Indonesia.
“Jika dihitung keseluruhannya, bukan hanya yang keluar, tetapi juga yang gagal masuk. Jumlahnya bisa mencapai ratusan triliun rupiah,” ujar Sanny. Ia juga menjelaskan bahwa modus yang digunakan oleh oknum ormas ini seringkali berkaitan dengan permintaan untuk menguasai berbagai sektor yang berkaitan dengan operasional pabrik, seperti transportasi dan penyediaan bahan baku.
Dengan berlarut-larutnya kejadian semacam ini, kekhawatiran atas minimnya iklim investasi yang kondusif di Indonesia semakin mencuat, sehingga banyak pengusaha yang berpikir dua kali untuk membuka atau memperluas pabrik di tanah air.
Sumber: Lambeturah