TRABASNEWS – Tak ada yang bisa menebak perjalanan hidup seseorang. Begitulah kisah Letkol Inf Moh Mulyono, yang dulunya sempat berjualan sate di depan Kodim Aceh Singkil, kini kembali ke tempat yang sama sebagai Komandan Kodim 0109/Aceh Singkil pada tahun 2023.
Kisahnya dimulai lebih dari satu dekade lalu, tepatnya tahun 2010. Saat itu, Moh Mulyono masih berpangkat Letnan Satu dan menjabat sebagai Perwira Seksi Intelijen di Kodim yang kini ia pimpin. Di tengah kesibukan tugas militernya, ia memutuskan mencari tambahan penghasilan dengan membuka lapak sate Madura bersama sang adik. Gerobaknya sederhana, berdiri di pinggir jalan Desa Ketapang Indah, tak jauh dari markas Kodim.
Setiap sore usai dinas, Mulyono membakar sate sendiri dan melayani pembeli yang sebagian besar adalah rekan-rekan sesama prajurit. Meskipun berjualan kepada anak buahnya, ia tetap menjunjung prinsip: pelanggan adalah raja.
Namun, bisnis kecil itu tak bertahan lama. Mutasi tugas mengharuskannya pindah. Sejak saat itu, ia menjalani berbagai penugasan di berbagai daerah, dari Aceh hingga Kalimantan, bahkan sampai ke daratan Afrika sebagai bagian dari Kontingen Garuda di bawah naungan PBB.
Awal Perjalanan: Dari Wartel ke Akmil
Lahir di Bangkalan, Pulau Madura pada 18 Juni 1982, Mulyono merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Masa remajanya dihabiskan dengan bekerja sebagai penjaga wartel untuk membantu kebutuhan sehari-hari. Ayahnya hanyalah sopir tangki minyak tanah, dan tak ada yang bisa diharapkan untuk uang jajan selain usaha sendiri.
Meski hidup sederhana, cita-citanya menjadi prajurit TNI tak pernah padam. Gagal di percobaan pertama tahun 2000 tak menyurutkan langkahnya. Ia terus berlatih fisik dan mendalami ilmu agama dari guru mengaji kampungnya. Akhirnya, tahun 2001 ia berhasil lolos seleksi Akademi Militer dan resmi dilantik sebagai perwira TNI AD pada 2004.
Karier Militer: Dari Aceh ke Afrika
Karier militernya dimulai sebagai Pama Pussenif, lalu dikirim ke Aceh pasca-tsunami 2004. Ia bertugas sebagai Komandan Peleton di Yonif 115/Macan Leuser. Di sinilah, bakat kepemimpinan dan kepeduliannya terhadap masyarakat mulai terlihat. Ia menjalin hubungan baik dengan warga sekitar, bahkan menguasai bahasa lokal.
Di Aceh pula ia bertemu jodohnya, Eka Susanti, dan menikah pada 2007. Setelah beberapa tahun di Aceh, ia dipindahkan ke Kalimantan, menduduki sejumlah posisi strategis di Kodam VI/Mulawarman. Tahun 2016, ia naik pangkat menjadi Mayor dan dipercaya sebagai pasukan perdamaian PBB di Sudan.
Kembali ke Aceh, Kembali Melayani
Perjalanan panjang tugas membawa Letkol Mulyono dan keluarganya ke Jakarta, hingga akhirnya tahun 2023 ia kembali ke Aceh, kali ini sebagai Dandim 0109/Aceh Singkil. Ia kembali ke tanah yang telah menjadi saksi perjuangannya, bukan lagi sebagai pedagang sate, tapi sebagai pemimpin teritorial.
Sebagai Dandim, ia mencetuskan dua program unggulan: Singkil Smart Info, platform digital untuk pendataan potensi daerah dan penanggulangan stunting, serta gerakan rehab rumah tidak layak huni secara gotong royong. Dua inisiatif ini menjadi wujud kepeduliannya terhadap masyarakat yang dulu pernah dekat dengannya.
Meski kini menyandang pangkat Letkol dan memegang jabatan strategis, sosok Moh Mulyono tetap sederhana. Gaya bicaranya santun, khas Madura, dan tak segan berbaur dengan masyarakat. Ia sering terlihat menyusuri jalan dengan sepeda motor, mampir ngopi, dan berbincang akrab dengan warga.
Penutup
Letkol Inf Moh Mulyono bukan hanya seorang prajurit, tapi juga cerminan bahwa keberhasilan dibangun dari kerja keras, doa, dan ketulusan. Dari menjaga wartel, gagal masuk TNI, jualan sate di pinggir jalan, hingga akhirnya menjadi komandan di tanah yang sama—kisahnya mengajarkan bahwa tidak ada yang mustahil bagi mereka yang tekun berusaha.
“Jadilah orang baik dengan caramu sendiri, meski terkadang tampak buruk di mata orang lain. Biarkan waktu yang menjawab segalanya,” begitu pesan hidup yang ia pegang erat dalam setiap langkahnya.
Sumber: Tribun