Trabasnews – Martua Sitorus, yang kini dikenal luas sebagai salah satu pengusaha terkemuka di Indonesia dan raja minyak sawit dunia, memulai perjalanan hidupnya dari latar belakang yang sederhana.
Sebagai pendiri Wilmar Group, Martua berhasil mencatatkan namanya di jajaran orang terkaya Indonesia versi Forbes 2022, dengan kekayaan diperkirakan mencapai US$3,1 miliar atau sekitar Rp44 triliun.
Perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan dari seorang anak sederhana menjadi miliarder sukses menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada 6 Februari 1960, Martua tumbuh dalam keluarga pedagang udang dan ikan yang membentuk karakter gigih dan pekerja keras.
Sejak kecil, ia terbiasa membantu orang tuanya dengan berjualan udang dan menjadi loper koran setelah pulang sekolah. Pengalaman tersebut menumbuhkan semangat wirausaha dalam dirinya yang kelak membantunya meraih kesuksesan besar.
Martua menempuh pendidikan di SMA Budi Mulia Pematang Siantar dan melanjutkan studi di Universitas HKBP Nomensen Medan, mengambil jurusan ekonomi.
Setelah lulus, ia memulai usaha kecil di bidang kelapa sawit di Medan. Meskipun usahanya dimulai dengan skala yang terbatas, Martua terus bekerja keras dan tidak menyerah.
Pada tahun 1980, pertemuannya dengan Kuok Khoon Hong, seorang pengusaha asal Malaysia, membuka jalan bagi pendirian Wilmar Group.
Bersama Kuok, Martua mendirikan perusahaan yang kini dikenal sebagai salah satu raksasa minyak sawit global. Wilmar awalnya fokus pada penjualan kelapa sawit, namun berkat visi bisnis yang kuat, perusahaan ini berkembang pesat.
Pada tahun 1991, Wilmar membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit pertama dan mengakuisisi perkebunan kelapa sawit seluas 7.000 hektare di Sumatera.
Wilmar semakin berkembang dengan ekspansi ke pasar internasional, termasuk membentuk kerja sama dengan Grup Adani dari India, yang melahirkan Adani Wilmar, sebuah perusahaan yang memproduksi berbagai produk pangan.
Seiring waktu, Wilmar memperluas bisnisnya ke produksi minyak goreng kemasan untuk pasar domestik Indonesia dengan merek Sania dan Fortune, serta berbagai merek internasional. Kesuksesan Wilmar menjadikan Martua Sitorus sebagai salah satu tokoh penting dalam industri minyak sawit global.
Namun, Martua tidak hanya dikenal sebagai pengusaha minyak sawit. Melalui Gamaland, perusahaan properti yang ia kelola bersama saudaranya, Ganda Sitorus, Martua juga mengukir prestasi besar di sektor properti.
Salah satu proyek besar mereka adalah pembangunan Gama Tower di Jakarta, gedung pencakar langit yang menjadi simbol ambisi besar Gamaland di industri properti. Mereka juga merencanakan proyek apartemen besar di Jakarta serta berinovasi dengan mall berkonsep hi-tech di Bandung.
Tak hanya itu, Martua dan Ganda juga merambah bisnis infrastruktur dengan proyek pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta sepanjang 70 km. Di sektor kesehatan, mereka juga memiliki jaringan Rumah Sakit Murni Teguh, memperlihatkan diversifikasi bisnis mereka yang luas.
Pada Juli 2018, Martua Sitorus mengambil langkah besar dengan keluar dari dewan direksi Wilmar Group, perusahaan yang telah ia bangun menjadi salah satu pemimpin industri minyak sawit dunia.
Keputusan ini membuka jalan bagi Martua dan Ganda untuk mendirikan KPN Corporation, yang fokus pada berbagai sektor, termasuk kelapa sawit, properti, dan manufaktur semen. KPN Corporation juga berhasil meluncurkan perusahaan semen keluarga, Cemindo Gemilang, di bursa pada 2021, serta melakukan IPO untuk Rumah Sakit Murni Sadar pada 2022.
Keputusan Martua untuk meninggalkan Wilmar dan melanjutkan perjalanan bisnisnya melalui KPN Corporation menunjukkan kemampuannya dalam beradaptasi dan mengejar peluang baru.
Langkah ini menegaskan bahwa visi dan ambisi Martua untuk terus berkembang tidak terbatas pada satu sektor, melainkan mencakup berbagai bidang yang menjanjikan.
Berbagai sumber