TRABASNEWS – Suasana politik nasional kembali memanas usai Presiden Prabowo Subianto melakukan reshuffle kabinet yang mengejutkan. Salah satu nama yang menjadi sorotan publik adalah Letjen TNI (Purn) Djamari Chaniago yang resmi dilantik sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam), menggantikan Budi Gunawan.
Pelantikan ini menimbulkan perbincangan hangat di berbagai kalangan, mengingat Djamari Chaniago pernah terlibat langsung dalam keputusan pemecatan Prabowo dari militer pada 1998. Kala itu, Djamari merupakan anggota Dewan Kehormatan Perwira (DKP), lembaga internal militer yang bertugas menangani pelanggaran etik perwira tinggi.
Bersama enam perwira lainnya, termasuk tokoh seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Agum Gumelar, Djamari Chaniago ikut menandatangani keputusan pemberhentian Prabowo secara hormat dari militer. Prabowo dinyatakan bersalah karena memerintahkan operasi tanpa izin, termasuk penculikan sejumlah aktivis pro-demokrasi oleh Tim Mawar di bawah komando Kopassus.
Kini, lebih dari dua dekade setelah peristiwa itu, hubungan antara Djamari dan Prabowo memasuki babak baru. Prabowo sebagai presiden justru mengangkat mantan ‘hakim militernya’ ke posisi strategis dalam kabinetnya, sebuah langkah yang dinilai banyak pihak sebagai bentuk rekonsiliasi politik tingkat tinggi.
Profil Singkat Djamari Chaniago
Djamari Chaniago adalah purnawirawan jenderal TNI yang berasal dari Padang, Sumatera Barat. Ia lahir pada 8 April 1949 dan merupakan lulusan Akademi Militer (AKABRI) tahun 1971. Karier militernya banyak dihabiskan di satuan infanteri elite, terutama di lingkungan Kostrad dan pasukan lintas udara.
Beberapa jabatan penting yang pernah diemban antara lain Komandan Yonif Linud 330, Komandan Kodim Jakarta Pusat, Kepala Staf dan Komandan Brigif Linud 18/Trisula, hingga Kepala Staf Divisi Infanteri 2/Kostrad.
Namanya sempat mencuat ke publik pada 2020 saat sebuah klub motor gede (moge) yang ia pimpin terlibat dalam insiden pengeroyokan terhadap dua anggota TNI di Bukittinggi, Sumatera Barat. Meskipun insiden tersebut tidak berujung pada proses hukum terhadap Djamari secara langsung, peristiwa itu mencoreng citra organisasi yang ia naungi.
Sumber: Tribunnews