TRABASNEWS – Pidato Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (23/9/2025) menarik perhatian luas, baik dari para pemimpin dunia maupun pengamat kebijakan luar negeri.
Berlangsung di Markas Besar PBB, pidato Prabowo menjadi sorotan lantaran disampaikan tepat setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang membawa narasi kontroversial terkait peran PBB dan isu-isu global. Berbeda dengan Trump, Prabowo menyampaikan seruan kuat untuk perdamaian dunia, dukungan terhadap Palestina, serta pentingnya kolaborasi internasional dalam mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim.
Pidato Berapi-api dan Apresiasi Internasional
Dalam pidato berdurasi sekitar 20 menit tersebut, Prabowo tampil penuh semangat. Ia bahkan beberapa kali menghentakkan tangannya ke meja mimbar sebagai penekanan saat menyampaikan argumen, sebuah gestur yang langsung memicu respons dari hadirin.
Delapan kali tepuk tangan terdengar selama pidato berlangsung, termasuk standing ovation di akhir sesi dari para delegasi dan pemimpin dunia. Menariknya, Presiden Trump yang sebelumnya mengkritik PBB secara terbuka, tetap memberikan pujian kepada Prabowo usai acara.
“Anda juga, sahabatku. Pidato yang hebat. Anda melakukan pekerjaan luar biasa dengan hentakan meja itu,” ujar Trump kepada Prabowo, sembari menyebut gaya berpidato Prabowo sebagai ekspresif dan penuh semangat.
Tanggapan dari Para Pemimpin dan Pengamat
Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, mengungkapkan bahwa sejumlah pesan apresiasi dari negara-negara sahabat masuk tak lama setelah pidato selesai. Baik melalui kanal diplomatik maupun secara pribadi, banyak pemimpin dan menteri luar negeri menyampaikan kekaguman atas sikap Prabowo yang dianggap tegas dan penuh visi.
Pengamat hukum internasional dari Universitas Indonesia, Prof. Hikmahanto Juwana, menilai pidato Prabowo sebagai bentuk keberanian karena secara terbuka menyanggah narasi Trump, khususnya terkait sikap skeptis Trump terhadap PBB dan isu lingkungan hidup.
“Trump menyebut PBB tidak berguna dan menganggap isu perubahan iklim sebagai hoaks. Tapi Presiden Prabowo justru menegaskan pentingnya lembaga internasional dan mengakui climate change sebagai kenyataan yang harus dihadapi bersama,” jelas Hikmahanto.
Pidato Prabowo juga dianggap memiliki kualitas bahasa Inggris yang sangat baik, dengan pelafalan dan intonasi yang meyakinkan.
Sumber: Kompas