TRABASNEWS – Tarekat Naqsabandiyah merupakan salah satu tarekat utama dalam tradisi tasawuf Islam yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan spiritual umat Muslim.
Tarekat ini mengajarkan pentingnya kedekatan dengan Allah SWT melalui praktik dzikir dan kehidupan yang sederhana. Nama Tarekat Naqsabandiyah diambil dari nama pendirinya, Bahaudin al-Bukhari an-Naqsyabandi, yang dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam perkembangan tarekat ini.
Sejarah singkat Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat Naqsabandiyah pertama kali berkembang pada abad ke-12 melalui pengaruh tokoh-tokoh seperti Yusuf Hamdani dan Abdul Khaliq Ghajadwani.
Mereka menekankan praktik-praktik tasawuf yang mengarah pada meditasi dan doa yang hening. Pada abad ke-14, Bahaudin al-Bukhari an-Naqsyabandi menjadi sosok yang memberi nama tarekat ini dan menyebarkannya ke berbagai wilayah.
Tarekat ini, yang dikenal sebagai salah satu tarekat Sufi terbesar dalam Islam Sunni, mengajarkan pentingnya kesederhanaan, ketaatan kepada hukum Islam, dan kehidupan yang penuh kesadaran terhadap Allah.
Pokok ajaran Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat Naqsabandiyah memiliki sejumlah pokok ajaran yang menjadi pedoman hidup bagi pengikutnya. Di antara ajaran utama yang ditekankan adalah:
Tobat (Pertobatan): Pengakuan dosa dan penyesalan yang tulus untuk kembali kepada Allah SWT.
Uzlah (Pengasingan Diri): Mengasingkan diri dari keramaian dunia untuk lebih fokus dalam ibadah dan perjalanan spiritual.
Zuhud (Ketidakmaterialisan): Menghindari kecintaan berlebihan terhadap harta dan duniawi, serta hidup dengan kesederhanaan.
Takwa (Ketaatan kepada Allah): Melaksanakan ajaran Islam dengan penuh kesadaran dan ketakwaan.
Qana’ah (Menerima Takdir): Menerima segala keputusan Allah dengan lapang dada.
Taslim (Berserah Diri): Berserah sepenuhnya kepada Allah atas segala kejadian yang terjadi dalam kehidupan.
Selain enam pokok ajaran tersebut, terdapat pula yang dikenal dengan “Rukun Enam”, yang meliputi aspek-aspek seperti ilmu, penyantun, kesabaran, ikhlas, dan berakhlak baik, serta sikap menerima takdir Allah dengan penuh kerelaan.
Praktik zikir dalam Tarekat Naqsabandiyah
Salah satu aspek penting dalam Tarekat Naqsabandiyah adalah praktik zikir. Para pengikut tarekat ini percaya bahwa melalui zikir, mereka dapat mencapai kedekatan spiritual yang lebih mendalam dengan Allah. Zikir dilakukan dengan menyebut nama Allah atau kalimat tauhid, baik secara individu maupun dalam jamaah.
Praktik ini tidak hanya dilakukan di rumah suluk atau majelis zikir, tetapi juga bisa dilakukan di halaqoh, tempat di mana zikir dilakukan secara rutin. Kegiatan zikir ini merupakan bagian dari perjalanan spiritual yang terus dilalui oleh setiap pengikut tarekat.
Tokoh-Tokoh terkenal dalam Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat Naqsabandiyah telah melahirkan sejumlah tokoh spiritual penting yang memainkan peran besar dalam penyebaran ajaran tarekat ini.
Beberapa tokoh terkemuka dalam sejarah tarekat ini antara lain:
Yusuf Hamdani: Seorang tokoh awal yang berperan dalam pengembangan Tarekat Naqsabandiyah.
Abdul Khaliq Ghajadwani: Seorang guru besar yang memberikan kontribusi besar dalam mendalami tasawuf dan meditasi.
Bahaudin al-Bukhari an-Naqsyabandi: Pendiri Tarekat Naqsabandiyah yang namanya diabadikan dalam tarekat ini.
Imam Rabbani (Shaykh Ahmad Sirhindi): Pemimpin spiritual yang terkenal dengan pemikirannya yang mendalam.
Syamsuddin Mazhar: Penerus Imam Rabbani yang memimpin dengan pendekatan “Mujaddadiyya.”
Khalid al-Baghdadi dan Mawlana Khalid: Pemimpin-pemimpin spiritual yang mengembangkan cabang-cabang baru dalam Tarekat Naqsabandiyah.
Tokoh-tokoh ini tidak hanya mengajarkan ajaran spiritual, tetapi juga membantu para pengikutnya untuk memahami lebih dalam tentang kedekatan dengan Allah melalui kehidupan yang taat dan penuh kesederhanaan.
Kesimpulan
Tarekat Naqsabandiyah adalah salah satu tarekat yang sangat berpengaruh dalam tradisi tasawuf Islam, dengan pokok-pokok ajaran yang menekankan ketaatan kepada Allah, kesederhanaan, serta kedekatan spiritual melalui zikir.
Melalui praktik-praktik ini, pengikut tarekat ini berusaha mencapai kesadaran spiritual yang lebih tinggi, serta menjalani hidup yang lebih dekat dengan ajaran Islam.
Sumber: Liputan6