TRABASNEWS – Proses pencarian dan evakuasi korban dalam tragedi ambruknya bangunan musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, secara resmi dihentikan pada Selasa siang. Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi seluruh korban dari reruntuhan, dengan jumlah korban jiwa tercatat sebanyak 67 orang, termasuk 8 bagian tubuh (body part) yang ditemukan terpisah.
Musibah ini terjadi pada Senin, 29 September 2025, pukul 15.35 WIB, saat para santri sedang melaksanakan salat Ashar berjemaah di lantai dasar bangunan empat lantai tersebut.
Kepala Basarnas, Marsdya TNI Mohammad Syafii, dalam keterangannya menyampaikan bahwa seluruh material bangunan telah dibersihkan, dan tidak ditemukan lagi korban di lokasi. Ia juga mengapresiasi kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk TNI, Polri, Basarnas, BPBD, dan para relawan, dalam proses penyelamatan sejak awal kejadian.
“Operasi SAR telah kami tutup. Semua korban berhasil dievakuasi dan puing-puing bangunan telah disingkirkan,” ujarnya di lokasi kejadian.
Syafii menjelaskan bahwa proses pencarian dilakukan dengan sangat hati-hati, terlebih saat masih terdapat kemungkinan korban selamat tertimbun reruntuhan. Tantangan utama dalam evakuasi adalah akses alat berat yang terbatas dan ruang manuver yang sempit.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, turut hadir dan menyatakan secara resmi penutupan operasi penyelamatan. Ia menyampaikan belasungkawa mendalam kepada seluruh keluarga korban.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengonfirmasi bahwa insiden ini menjadi bencana dengan jumlah korban jiwa tertinggi di Indonesia sepanjang tahun 2025, melebihi jumlah korban dari bencana-bencana lain seperti gempa di Poso dan banjir bandang di Bali.
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen Budi Irawan, menyebut bahwa Presiden Prabowo Subianto telah memberikan instruksi khusus agar tragedi ini ditangani secara serius oleh pemerintah pusat.