Jakarta – Sebelum publik dibuat kagum dengan kehadiran robot polisi yang diperkenalkan Polri, TNI Angkatan Darat melalui Politeknik Angkatan Darat (Poltekad) ternyata sudah lebih dulu menciptakan robot tempur dengan kemampuan yang lebih kompleks dan serbaguna. Inovasi ini menunjukkan bahwa TNI AD telah menapaki kemajuan teknologi pertahanan yang tidak kalah dengan institusi lain.
Robot tempur roda rantai buatan mahasiswa Poltekad ini tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu pengamanan, tetapi juga dilengkapi sistem deteksi ranjau, senjata anti-personel, dan peluncur roket anti-tank. Sistem penggeraknya menggunakan roda rantai, yang memungkinkannya menjelajah berbagai medan, baik datar maupun ekstrem.
Dalam penjelasan yang disampaikan melalui akun Instagram resmi @poltekad_official dan kanal YouTube Penerangan Poltekad, robot ini dapat dikendalikan dari jarak jauh menggunakan transmisi frekuensi 2,4 GHz dengan proteksi terhadap jamming dan penyadapan. Lebih dari itu, robot ini dilengkapi thermal sensor, video sensor, dan ip cam untuk keperluan pengawasan langsung di lapangan.
Uniknya, sistem persenjataan pada robot ini dapat dipasangkan dengan senjata organik seperti SS2 buatan PT Pindad dan roket anti-tank C90-CR. Dengan desain sepenuhnya buatan dalam negeri dan komponen lokal, inovasi ini menegaskan kemampuan teknis TNI AD dalam pengembangan alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang independen dan adaptif.
Robot tersebut merupakan hasil gagasan dari Kolonel Arh Dr. Ir. Nurrachman, Kepala Kelompok Dosen (KapokdosDar) Poltekad Kodiklatad. Ia menyampaikan bahwa teknologi robot tempur ini bukan hanya demonstratif, tetapi sudah dikaji secara operasional dan memiliki potensi untuk mendukung pasukan dalam skenario tempur nyata.
Sementara itu, robot milik Polri yang diperkenalkan dalam beberapa kesempatan belakangan ini lebih berfokus pada fungsi patroli dan pelayanan publik, seperti pengamanan kerumunan, pengawasan jalan raya, serta interaksi dengan masyarakat melalui suara atau layar interaktif. Meski demikian, keduanya sama-sama menunjukkan langkah progresif lembaga negara dalam merespons era digital dan otomatisasi.
Sumber: Indonesiadefense